Rabu, 29 Desember 2010

PENGENALAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC)

HIMPUNAN MAHASISWA ELEKTRO
UNIVERSITAS SATYAGAMA
2001

PENGANTAR PLC
Dalam bidang industri penggunaan mesin otomatis dan pemrosesan secara otomatis merupakan hal yang umum. Sistem prengontrolan dengan elektromekanik yang menggunakan relay-relay mempunyai banyak kelemahan, diantaranya kontak-kontak yang dipakai mudah aus karena panas / terbakar atau karena hubung singkat, membutuhkan biaya yang besar saat instalasi, pemeliharaan dan modifikasi dari sistem yang telah dibuat jika dikemudian hari dipertlukan modifikasi.
Dengan menggunakan PLC hal-hal ini dapat diatasii, karena sistem PLC mengintegrasikan berbagai macam komponen yang berdiri sendiri menjadi suatu sistem kendali terpadu dan dengan mudah merenovasi tanpa harus mengganti semua instrumen yang ada.

KONSEP PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLERS (PLC)
Konsep dari PLC sesuai dengan namanya adsalah sebagai berikut :
Programmable : menunjukkan kemampuannya yang dapat dengan mudah diubah-ubah sesuai program yang dibuat dan kemampuannya dalam hal memori program yang telah dibuat.
Logic : menunjukkan kemampuannya dalam memproses input secara aritmetik (ALU), yaitu melakukjan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi dan negasi.
Controller : menunjukkan kemampuannya dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.

FUNGSI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLERS (PLC)
Fungsi dan kegunaan dari PLC dapat dikatakan hampir tidak terbatas. Tapi dalam prakteknya dapat dibagi secara umum dan khusus.
Secara umum fungsi dari PLC adalah sebagai berikut :
1. Kontrol Sekensial
PLC memroses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step / langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring Plant
PLC secara terus menerus memonitor suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut ke operator.

BAHASA PEMOGRAMAN
Terdapat banyak pilihan bahasa untuk membuat program dalam PLC. Masing-masing bahasa mempunyai keuntungan dan kerugian tergantung dari sudut pandang kita sebagai user / pemogram. Pada umumnya terdapat 2 bahasa pemograman sederhana dari PLC , yaitu pemograman diagram ladder dan bahasa instruction list. (mnemonic code).Diagram Ladder adalah bahasa yang dimiliki oleh setiap PLC.

LADDER DIAGRAM
Diagram Ladder menggambarkan program dalam bentuk grafik. Diagram ini dikembangkan dari kontak-kontak relay yang terstruktur yang menggambarkan aliran arus listrik. Dalam diagram ladder terdapat dua buah garis vertical dimana garis vertical sebelah kiri dihubungkan dengan sumber tegangan positip catu daya dan garis sebelah kanan dihubungkan dengan sumber tegangan negatip catu daya.
Program ladder ditulis menggunakan bentuk pictorial atau simbol yang secara umum mirip dengan rangkaian kontrol relay. Program ditampilkan pada layar dengan elemen-elemen seperti normally open contact, normally closed contact, timer, counter, sequencer dll ditampilkan seperti dalam bentuk pictorial.
Dibawah kondisi yang benar, listrik dapat mengalir dari rel sebelah kiri ke rel sebelah kanan, jalur rel seperti ini disebut sebagai ladder line (garis tangga). Peraturan secara umum di dalam menggambarkan program ladder diagram adalah :
 Daya mengalir dari rel kiri ke rel kanan
 Output koil tidak boleh dihubungkan secara langsung di rel sebelah kiri.
 Tidak ada kontak yang diletakkan disebelah kanan output coil
 Hanya diperbolehkan satu output koil pada ladder line.





Dengan diagram ladder, gambar diatas direpresantisak menjadi

Gambar 1. Diagram Ladder
Diantar dua garis ini dipasang kontak-kontak yang menggambarkan kontrol dari switch, sensor atau output. Satu baris dari diagram disebut dengan satu rung. Input menggunakan symbol [ ] (kontak normally open) dan [/] (kontak normally close). Output mempunyai symbol ( ) yang terletak paling kanan.

2. Prinsip-prinsip Ladder Diagram PLC
Untuk memperlihatkan hubungan antara satu rangkaian fisik dengan ladder diagram yang mempresentasikannya, lihatlah rangkaian motor listrik pada gambar dibawah ini.
Motor dihubungkan ke sumber daya melalui 3 saklar yang dirangkai secara seri ditambah saklar over load sebagai pengaman. Motor akan menyala bila seluruh saklar dalam kondisi menutup.

Gambar 2. rangkaian start – stop motor


Kesimpulan :
 Ladder diagram tersusun dari dua garis vertical yang mewakili rel daya
 Diantara garis vertikal tersebut disusun garis horizontal yang disebut rung (anak tangga) yang berfungsi untukmenempatkan komponen kontrol sistem.

3. Praktek memori Circuit (Latch)
Rangkaian yang bersifat mengingat kondisi sebelumnya seringkali dibutuhkan dalam kontrol logic. Pada rangkaian ini hasil keluaran dikunci (latching) dengan menggunakan kontak hasil keluaran itu sendiri, sehingga walaupun input sudah berubah, kondisi output tetap.

Gambar 3. Latching Circuit

OPERASI LOGIKA P L C
I. TUJUAN :
 Mampu memahami dasar-dasar unit rancang bangun PLC
 Mampu memasukan dan menjalankan program dasar di PLC
 Mampu membuat program atu diagram ladder dari suatu masalah sederhana

II. PRAKTEK :
A. PRAKTEK INPUT / OUTPUT
Setelah melakukan praktek ini , peserta diharapkan mampu :
 Menjadikan PLC sebagai pengontrol terhadap suatu kondisi input tertentu.
Program :
 Lampu 1 akan menyala bila saklar 1 ON dan mati bila OFF
 Lampu 2 akan menyala bila saklar 2 OFF dan mati bila ON
 Lampu dan saklar diandaikan suatu kondisi dalam suatu proses dalam mesin.

Gambar 4. Kontak lampu on –off

B. OPERASI LOGIKA
B.1. OR
1. Rangkaian disusun seperti pada gambar
2. terminal output dihubungkan ke modul I/O train (input ke output)
3. PLC dihidupkan lalu operasi + OFFLINE MODE dipilih
4. Buatlah program untuk diagram ladder di bawah ini :



Gambar 5. Operasi Logika – OR

5. Kemudian jalankan program untuk diagram ladder di bawah ini :




Tabel 1. Tabel logika
No Input Output
X2 X1 X0 OR AND NOR NAND
1 Off Off Off
2 Off Off On
3 Off On Off
4 Off On On
5 On Off Off
6 On Off On
7 On On Off
8 On On On

B.2. AND
6. Buatlah program untuk diagram ladder di bawah ini :

Gambar 6. Operasi Logika – AND

7. Jalankan program tersebut, lalu isi dan lengkapi tabel 1


B.3. NOR
8. Buatlah program yang sesuai untuk diagram ladder dibawah ini :


Gambar 7. Operasi Logika – AND
9. Kemudian jalankan program tersebut lalu isi dan lengkapi tabel 1.
B.4. EXOR
10. Buatlah program yang sesuai untuk diagram ladder dibawah ini

Gambar 8. Operasi Logika – EXOR

11. Kemudian jalankan program tersebut lalu isi dan lengkapi tabel 2

B.5. EXNOR
12. Buatlah program yang sesuai untuk diagram ladder di bawah ini

Gambar 9. Operasi Logika – EXNOR
13. Kemudian jalankan program tersebut lalu isi dan lengkapi tabel 2






Tabel 2. Tabel kebenaran lanjutan

No Input Output
X2 X1 EXOR EXNOR
1 Off Off
2 Off On
3 On Off
4 On On

TIMER
Timer berfungsi untuk mengaktifkan suatu keluaran dengan interval waktu yang dapat diatur. Pengaturan waktu dilakukan melaui nilai setting (preset value). Timer tersebut akan bekerja bila diberi input dan mendapat pulsa clock. Untuk pulsa clock sudah disediakan oleh pembuat PLC. Besarnya nilai pulsa clock pada setiap timer tergantung pada nomor timer yang digunakan. Saat input timer ON maka timer mulai mencacah pulsa dari 0 sampai preset value. Bila sudah mencapai preset value maka akan mengaktifkan Outputyang telah ditentukan.

COUNTER
Fungsi counter adalah mencacah pulsa yang masuk. Sepintas cara kerja counter dan timer mirip. Perbedaannya adalah timer mencacah pulsa internal sedangkan counter mencacah pulsa dari luar.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (Dialihkan dari PLC)

Kontrol logika terprogram (Bahasa Inggris: programmable logic controller atau PLC) adalah suatu mikroprosesor yang digunakan untuk otomasi proses industri seperti pengawasan dan pengontrolan mesin di jalur perakitan suatu pabrik. PLC memiliki perangkat masukan dan keluaran yang digunakan untuk berhubungan dengan perangkat luar seperti sensor, relai, contactor dll. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengoperasikan PLC berbeda dengan bahasa pemrograman biasa. Bahasa yang digunakan adalah Ladder, yang hanya berisi input-proses-output. Disebut Ladder, karena bentuk tampilan bahasa pemrogramannya memang seperti tampilan tangga. Disamping menggunakan pemrograman ladder, PLC juga dapat diprogram dengan pemrograman SFC dan pemrograman ST, untuk yang ST sudah jarang digunakan lagi.
Daftar isi
[tampilkan]

* 1 Pendahuluan
* 2 Pemrograman
o 2.1 Cara Setting Type Pemrograman
* 3 Contoh Pemrograman
o 3.1 Contoh Pemrograman SFC

Pendahuluan

Kontrol kendali industri pada awalnya mengandalkan pada relay elektromekanik. Relay ini bekerja bedasarkan prinsip kemagnetan. Sistem kendali ini memiliki beberapa kelemahan, diantranya: (1) membutuhkan ruang kontrol yang besar, (2) perawatannya susah, (3) pengembangan sistem tidak mudah, dan (4) butuh waktu yang lama untuk membangun, memelihara, memperbaiki dan mengembangkan sistem kendali dengan relay elektromekanik.
Perkembangan komponen mikroelektronik pada akhirnya mampu menghasilkan sistem yang dapat menggantikan fungsi puluhan bahkan ratusan relay elektromekanik hanya dengan satu keping chip mikrokontroller yang dapat diprogram.
Pemrograman
Cara Setting Type Pemrograman

Cara Setting Type Pemrograman yang akan digunakan

Untuk pemrograman SFC harus menggunakan alat bantu dengan nama Touch Pendant/Konsole (Tidak menggunakan komputer seperti pada pemrograman Ladder). Pemrograman dengan Touch Pendant ini sangat cocok untuk editing Program PLC di lapangan.
[sunting] Contoh Pemrograman
[sunting] Contoh Pemrograman SFC

Sabtu, 25 Desember 2010

Building automation (BAS)

From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
This article is about automation within commercial buildings. For automation within residences, see Home automation.

Building automation describes the functionality provided by the control system of a building. A building automation system (BAS) is an example of a distributed control system. The control system is a computerized, intelligent network of electronic devices, designed to monitor and control the mechanical and lighting systems in a building.

BAS core functionality keeps the building climate within a specified range, provides lighting based on an occupancy schedule, and monitors system performance and device failures and provides email and/or text notifications to building engineering staff. The BAS functionality reduces building energy and maintenance costs when compared to a non-controlled building. A building controlled by a BAS is often referred to as an intelligent building system.
RiserDiagram.svg
Contents
[show]

* 1 Topology
* 2 Infrastructure
o 2.1 Controller
o 2.2 Occupancy
o 2.3 Lighting
o 2.4 Air handlers
+ 2.4.1 Constant volume air-handling units
+ 2.4.2 Variable volume air-handling units
+ 2.4.3 VAV hybrid systems
o 2.5 Central plant
+ 2.5.1 Chilled water system
+ 2.5.2 Condenser water system
+ 2.5.3 Hot water system
o 2.6 Alarms and security
* 3 Room automation
* 4 See also
o 4.1 Manufacturers
o 4.2 Protocols and industry standards
* 5 References
* 6 External links

Topology

Most building automation networks consist of a primary and secondary bus which connect high-level controllers (generally specialized for building automation, but may be generic programmable logic controllers) with lower-level controllers, input/output devices and a user interface (also known as a human interface device).

The primary and secondary bus can be BACnet, optical fiber, ethernet, ARCNET, RS-232, RS-485 or a wireless network.

Most controllers are proprietary. Each company has its own controllers for specific applications. Some are designed with limited controls: for example, a simple Packaged Roof Top Unit. Others are designed to be flexible. Most have proprietary software that will work with ASHRAE's open protocol BACnet or the open protocol LonTalk.

Some newer building automation and lighting control solutions use wireless mesh open standards (such as ZigBee. These systems can provide interoperability, allowing users to mix-and-match devices from different manufacturers, and to provide integration with other compatible building control systems.

Inputs and outputs are either analog or digital (some companies say binary).

Analog inputs are used to read a variable measurement. Examples are temperature, humidity and pressure sensor which could be thermistor, 4-20 mA, 0-10 volt or platinum resistance thermometer (resistance temperature detector), or wireless sensors.

A digital input indicates if a device is turned on or not. Some examples of an digital input would be a 24VDC/AC signal, an air flow switch, or a volta-free relay contact (Dry Contact).

Analog outputs control the speed or position of a device, such as a variable frequency drive, a I-P (current to pneumatics) transducer, or a valve or damper actuator. An example is a hot water valve opening up 25% to maintain a setpoint.

Digital outputs are used to open and close relays and switches. An example would be to turn on the parking lot lights when a photocell indicates it is dark outside

Infrastructure
Controller

Controllers are essentially small, purpose-built computers with input and output capabilities. These controllers come in a range of sizes and capabilities to control devices commonly found in buildings, and to control sub-networks of controllers.

Inputs allow a controller to read temperatures, humidity, pressure, current flow, air flow, and other essential factors. The outputs allow the controller to send command and control signals to slave devices, and to other parts of the system. Inputs and outputs can be either digital or analog. Digital outputs are also sometimes called discrete depending on manufacturer.

Controllers used for building automation can be grouped in 3 categories. Programmable Logic Controllers (PLCs), System/Network controllers, and Terminal Unit controllers. However an additional device can also exist in order to integrate 3rd party systems (i.e. a stand-alone AC system) into a central Building automation system).

PLC's provide the most responsiveness and processing power, but at a unit cost typically 2 to 3 times that of a System/Network controller intended for BAS applications. Terminal Unit controllers are usually the least expensive and least powerful.

PLC's may be used to automate high-end applications such as clean rooms or hospitals where the cost of the controllers is a lesser concern.

In office buildings, supermarkets, malls, and other common automated buildings the systems will use System/Network controllers rather than PLC's. Most System controllers provide general purpose feedback loops, as well as digital circuits, but lack the millisecond response time that PLC's provide.

System/Network controllers may be applied to control one or more mechanical systems such as an Air Handler Unit (AHU), boiler, chiller, etc., or they may supervise a sub-network of controllers. In the diagram above, System/Network controllers are often used in place of PLCs.

Terminal Unit controllers usually are suited for control of lighting and/or simpler devices such as a package rooftop unit, heat pump, VAV box, or fan coil, etc. The installer typically selects 1 of the available pre-programmed personalities best suited to the device to be controlled, and does not have to create new control logic.
[edit] Occupancy

Occupancy is one of 2 or more operating modes for a building automation system. Unoccupied, Morning Warmup, and Night-time Setback are other common modes.

Occupancy is usually based on time of day schedules. In Occupancy mode, the BAS aims to provides a comfortable climate and adequate lighting, often with zone-based control so that users on one side of a building have a different thermostat (or a different system, or sub system) than users on the opposite side.

A temperature sensor in the zone provides feedback to the controller, so it can deliver heating or cooling as needed.

If enabled, Morning Warmup (MWU) mode occurs prior to Occupancy. During Morning Warmup the BAS tries to bring the building to setpoint just in time for Occupancy. The BAS often factors in outdoor conditions and historical experience to optimize MWU. This is also referred to as Optimised Start.

An override is a manually-initiated command to the BAS. For example, many wall-mounted temperature sensors will have a push-button that forces the system into Occupancy mode for a set number of minutes. Where present, web interfaces allow users to remotely initiate an override on the BAS.

Some buildings rely on occupancy sensors to activate lighting and/or climate conditioning. Given the potential for long lead times before a space becomes sufficiently cool or warm, climate conditioning is not often initiated directly by an occupancy sensor.
[edit] Lighting

Lighting can be turned on, off, or dimmed with a building automation or lighting control system based on time of day, or on occupancy sensors, photosensors and timers.[1] One typical example is to turn the lights in a space on for a half hour since the last motion was sensed. A photocell placed outside a building can sense darkness, and the time of day, and modulate lights in outer offices and the parking lot.

Lighting is also a good candidate for Demand response, with many control systems providing the ability to dim (or turn off) lights to take advantage of DR incentives and savings. if occupancy sensors are present they can also be used as burglar alarms
[edit] Air handlers

Most air handlers mix return and outside air so less temperature change is needed. This can save money by using less chilled or heated water (not all AHUs use chilled/hot water circuits). Some external air is needed to keep the building's air healthy.

Analog or digital temperature sensors may be placed in the space or room, the return and supply air ducts, and sometimes the external air. Actuators are placed on the hot and chilled water valves, the outside air and return air dampers. The supply fan (and return if applicable) is started and stopped based on either time of day, temperatures, building pressures or a combination.
[edit] Constant volume air-handling units

The less efficient type of air-handler is a "constant volume air handling unit," or CAV. The fans in CAVs do not have variable-speed controls. Instead, CAVs open and close dampers and water-supply valves to maintain temperatures in the building's spaces. They heat or cool the spaces by opening or closing chilled or hot water valves that feed their internal heat exchangers. Generally one CAV serves several spaces, but large buildings may have many CAVs.
[edit] Variable volume air-handling units

A more efficient unit is a "variable air volume (VAV) air-handling unit," or VAV. VAVs supply pressurized air to VAV boxes, usually one box per room or area. A VAV air handler can change the pressure to the VAV boxes by changing the speed of a fan or blower with a variable frequency drive or (less efficiently) by moving inlet guide vanes to a fixed-speed fan. The amount of air is determined by the needs of the spaces served by the VAV boxes.

Each VAV box supply air to a small space, like an office. Each box has a damper that is opened or closed based on how much heating or cooling is required in its space. The more boxes are open, the more air is required, and a greater amount of air is supplied by the VAV air-handling unit.

Some VAV boxes also have hot water valves and an internal heat exchanger. The valves for hot and cold water are opened or closed based on the heat demand for the spaces it is supplying. These heated VAV boxes are sometimes used on the perimeter only and the interior zones are cooling only.

A minimum and maximum CFM must be set on VAV boxes to assure adequate ventilation and proper air balance.
[edit] VAV hybrid systems

Another variation is a hybrid between VAV and CAV systems. In this system, the interior zones operate as in a VAV system. The outer zones differ in that the heating is supplied by a heating fan in a central location usually with a heating coil fed by the building boiler. The heated air is ducted to the exterior dual duct mixing boxes and dampers controlled by the zone thermostat calling for either cooled or heated air as needed.
[edit] Central plant

A central plant is needed to supply the air-handling units with water. It may supply a chilled water system, hot water system and a condenser water system, as well as transformers and auxiliary power unit for emergency power. If well managed, these can often help each other. For example, some plants generate electric power at periods with peak demand, using a gas turbine, and then use the turbine's hot exhaust to heat water or power an absorptive chiller.
[edit] Chilled water system

Chilled water is often used to cool a building's air and equipment. The chilled water system will have chiller(s) and pumps. Analog temperature sensors measure the chilled water supply and return lines. The chiller(s) are sequenced on and off to chill the chilled water supply.
[edit] Condenser water system

Cooling tower(s) and pumps are used to supply cool condenser water to the chillers. Because the condenser water supply to the chillers has to be constant, variable speed drives are commonly used on the cooling tower fans to control temperature. Proper cooling tower temperature assures the proper refrigerant head pressure in the chiller. The cooling tower set point used depends upon the refrigerant being used. Analog temperature sensors measure the condenser water supply and return lines.
[edit] Hot water system

The hot water system supplies heat to the building's air-handling unit or VAV box heating coils, along with the domestic hot water heating coils (Calorifier). The hot water system will have a boiler(s) and pumps. Analog temperature sensors are placed in the hot water supply and return lines. Some type of mixing valve is usually used to control the heating water loop temperature. The boiler(s) and pumps are sequenced on and off to maintain supply.
[edit] Alarms and security

Many building automation systems have alarm capabilities. If an alarm is detected, it can be programmed to notify someone. Notification can be through a computer, pager, cellular phone, or audible alarm.

* Common temperature alarms are: space, supply air, chilled water supply and hot water supply.
* Differential pressure switches can be placed on the filter to determine if it is dirty.
* Status alarms are common. If a mechanical device like a pump is requested to start, and the status input indicates it is off. This can indicate a mechanical failure.
* Some valve actuators have end switches to indicate if the valve has opened or not.
* Carbon monoxide and carbon dioxide sensors can be used to alarm if levels are too high.
* Refrigerant sensors can be used to indicate a possible refrigerant leak.
* Current sensors can be used to detect low current conditions caused by slipping fan belts, or clogging strainers at pumps.

At sites with several buildings, momentary power failures can cause hundreds or thousands of alarms from equipment that has shut down. Some sites are programmed so that critical alarms are automatically re-sent at varying intervals. For example, a repeating critical alarm (of an [uninterruptible power supply] in 'by pass') might resound at 10 minutes, 30 minutes, and every 2 to 4 hours there after until the alarms are resolved.

Security systems can be interlocked to a building automation system. If occupancy sensors are present, they can also be used as burglar alarms.

Fire and smoke alarm systems can be hard-wired to override building automation. For example: if the smoke alarm is activated, all the outside air dampers close to prevent air coming into the building, and an exhaust system can isolate
[edit] Room automation

Room automation is a subset of Building automation and like it, is the consolidation of one or systems under centralised control but in this case in just one room .

The most common example of room automation is corporate boardroom, presentation suites, and lecture halls, where the operation of the large number of devices that define the room function (such as Videoconferencing equipment, Video projectors, lighting control systems, Public address systems etc.) would make manual operation of the room very complex. It is common for room automation systems to employ a touchscreen as the primary way of controlling each operation.
[

Senin, 20 Desember 2010

Kiai Haji Nahrowi Dalhar

Kiai Haji Nahrowi Dalhar atau Mbah Dalhar dikenal sebagai ulama yang mumpuni. Belum lama ini sosok Kiai Ahmad Abdul Haq meninggal dunia. Kiai kharismatik ini adalah putra dari kiai Dalhar yang juga dikenal sebagai salah satu wali yang masyhur di tanah Jawa. Mbah Dalhar begitu panggilan akrabnya adalah mursyid tarekat Syadziliyah dan dikenal sebagai seorang yang wara’ dan menjadi teladan masyarakat.
Kiai Haji Dalhar , Watucongol, Magelang dikenal sebagai salah satu guru para ulama. Kharisma dan ketinggian ilmunya menjadikan rujukan umat Islam untuk menimba ilmu. Mbah Dalhar , begitu panggilan akrabnya adalah sosok yang disegani sekaligus panutan umat Islam, terutama di Jawa Tengah. Salah satu mursyid tarekat Syadziliyah ini dikenal juga menelorkan banyak ulama yang mumpuni.

Mbah Dalhar dilahir kan pada 10 Syawal 1286 H atau 10 Syawal 1798 – Je (12 Januari 1870 M) di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Lahir dalam lingkungan keluarga santri yang taat. Sang ayah yang bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo adalah cucu dari Kyai Abdurrauf. Kekeknya mbah Dalhar dikenal sebagai salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro. Adapun nasab Kyai Hasan Tuqo sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Oleh karenanya sebagai keturunan raja, Kyai Hasan Tuqo juga mempunyai nama lain dengan sebutan Raden Bagus Kemuning.
Semasa kanak – kanak, Mbah Dalhar belajar Al-Qur’an dan beberapa dasar ilmu keagamaan pada ayahnya sendiri. Pada usia 13 tahun baru mondok di pesantren. Ia dititipkan oleh ayahnya pada Mbah Kyai Mad Ushul (begitu sebutan masyhurnya) di Dukuh Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang. Di bawah bimbingan Mbah Mad Ushul , ia belajar ilmu tauhid selama kurang lebih 2 tahun.

Kemudian tercatat juga mondok di Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu, Kebumen pada umur 15 tahun. Pesantren ini dipimpin oleh Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani atau yang ma’ruf dengan laqobnya Syeikh Abdul Kahfi Ats-Tsani. Selama delapan tahun mbah Kyai Dalhar belajar di pesantren ini. Selama itulah Mbah Dalhar berkhidmah di ndalem pengasuh. Hal itu terjadi atas dasar permintaan ayahnya kepada Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani.

Jalan Kaki dan Pemberian Nama Baru
Tidak hanya di daerah sekitar Mbah Dalhar menimba ilmu. Di Makkah Mukaramah berliau berguru kepada beberapa alim ulama yang masyhur. Perjalalannya ke tanah suci untuk menuntut ilmu terjadi pada tahun 1314 H/1896 M. Mbah Kyai Dalhar diminta oleh gurunya, Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani untuk menemani putera laki – laki tertuanya Sayid Abdurrahman Al-Jilani Al-Hasani untuk menuntut ilmu di Mekkah. Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani berkeinginan menyerahkan pendidikan puteranya kepada shahib beliau yang menjadi mufti syafi’iyyah Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani
Keduanya berangkat ke Makkah dengan menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Ada sebuah kisah menarik tentang perjalanan keduanya. Selama perjalanan dari Kebumen da singgah di Muntilan , kemudian lanjut sampai di Semarang, Mbah Dalhar memilih tetap berjalan kaki sambil menuntun kuda yang dikendarai oleh Sayid Abdurrahman. Hal ini dikarenakan sikap takdzimnya kepada sang guru. Padahal Sayid Abdurrahman telah mempersilahkan mbah Kyai Dalhar agar naik kuda bersama.
Di Makkah (waktu itu masih bernama Hejaz), mbah Kyai Dalhar dan Sayid Abdurrahman tinggal di rubath (asrama tempat para santri tinggal) Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani yaitu didaerah Misfalah. Sayid Abdurrahman dalam rihlah ini hanya sempat belajar pada Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani selama 3 bulan, karena beliau diminta oleh gurunya dan para ulama Hejaz untuk memimpin kaum muslimin mempertahankan Makkah dan Madinah dari serangan sekutu. Sementara itu mbah Kyai Dalhar diuntungkan dengan dapat belajar ditanah suci tersebut hingga mencapai waktu 25 tahun.
Syeikh As_Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani inilah yang kemudian memberi nama “Dalhar” pada mbah Kyai Dalhar. Hingga ahirnya beliau memakai nama Nahrowi Dalhar. Dimana nama Nahrowi adalah nama asli beliau. Dan Dalhar adalah nama yang diberikan untuk beliau oleh Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani. Rupanya atas kehendak Allah Swt, mbah Kyai Nahrowi Dalhar dibelakang waktu lebih masyhur namanya dengan nama pemberian sang guru yaitu Mbah Kyai “Dalhar”. Allahu Akbar.
Ketika berada di Hejaz inilah mbah Kyai Dalhar memperoleh ijazah kemursyidan Thariqah As-Syadziliyyah dari Syeikh Muhtarom Al-Makki dan ijazah aurad Dalailil Khoerat dari Sayid Muhammad Amin Al-Madani. Dimana kedua amaliyah ini dibelakang waktu menjadi bagian amaliah rutin yang memasyhurkan.
Mbah Kyai Dalhar adalah seorang ulama yang senang melakukan riyadhah. Sehingga pantas saja jika menurut riwayat shahih yang berasal dari para ulama ahli hakikat sahabat – sahabatnya, beliau adalah orang yang amat akrab dengan nabiyullah Khidhr as. Sampai – sampai ada putera beliau yang diberi nama Khidr karena tafaullan dengan nabiyullah tersebut. Sayang putera beliau ini yang cukup ‘alim walau masih amat muda dikehendaki kembali oleh Allah Swt ketika usianya belum menginjak dewasa.

Selama di tanah suci, mbah Kyai Dalhar pernah melakukan khalwat selama 3 tahun disuatu goa yang teramat sempit tempatnya. Dan selama itu pula beliau melakukan puasa dengan berbuka hanya memakan 3 buah biji kurma saja serta meminum seteguk air zamzam secukupnya. Dari bagian riyadhahnya, beliau juga pernah melakukan riyadhah khusus untuk mendoakan para keturunan beliau serta para santri – santrinya. Dalam hal adab selama ditanah suci, mbah Kyai Dalhar tidak pernah buang air kecil ataupun air besar di tanah Haram. Ketika merasa perlu untuk qadhil hajat, beliau lari keluar tanah Haram.
Selain mengamalkan dzikir jahr ‘ala thariqatis syadziliyyah, mbah Kyai Dalhar juga senang melakukan dzikir sirr. Ketika sudah tagharruq dengan dzikir sirrnya ini, mbah Kyai Dalhar dapat mencapai 3 hari 3 malam tak dapat diganggu oleh siapapun. Dalam hal thariqah As-Syadziliyyah ini menurut kakek penulis KH Ahmad Abdul Haq, beliau mbah Kyai Dalhar menurunkan ijazah kemursyidan hanya kepada 3 orang. Yaitu, Kyai Iskandar, Salatiga ; KH Dimyathi, Banten ; dan kakek penulis sendiri yaitu KH Ahmad Abdul Haq. Sahrallayal (meninggalkan tidur malam) adalah juga bagian dari riyadhah mbah Kyai Dalhar. Sampai dengan sekarang, meninggalkan tidur malam ini menjadi bagian adat kebiasaan yang berlaku bagi para putera – putera di Watucongol.

Murid dan Karya – karyanya
Karya mbah Kyai Dalhar yang sementara ini dikenal dan telah beredar secara umum adalah Kitab Tanwirul Ma’ani. Sebuah karya tulis berbahasa Arab tentang manaqib Syeikh As-Sayid Abil Hasan ‘Ali bin Abdillah bin Abdil Jabbar As-Syadzili Al-Hasani, imam thariqah As-Syadziliyyah. Selain daripada itu sementara ini masih dalam penelitian. Karena salah sebuah karya tulis tentang sharaf yang sempat diduga sebagai karya beliau setelah ditashih kepada KH Ahmad Abdul Haq ternyata yang benar adalah kitab sharaf susunan Syeikh As-Sayid Mahfudz bin Abdurrahman Somalangu. Karena beliau pernah mengajar di Watucongol, setelah menyusun kitab tersebut di Tremas. Dimana pada saat tersebut belum muncul tashrifan ala Jombang.

Banyak sekali tokoh – tokoh ulama terkenal negara ini yang sempat berguru kepada beliau semenjak sekitar tahun 1920 – 1959. Diantaranya adalah KH Mahrus, Lirboyo ; KH Dimyathi, Banten ; KH Marzuki, Giriloyo dan lain sebagainya. Sesudah mengalami sakit selama kurang lebih 3 tahun, Mbah Kyai Dalhar wafat pada hari Rabu Pon, 29 Ramadhan 1890 – Jimakir (1378 H) atau bertepatan dengan 8 April 1959 M. Ada yang meriwayatkan jika beliau wafat pada 23 Ramadhan 1959. Akan tetapi 23 Ramadhan 1959 bukanlah hari Rabu namun jatuh hari Kamis Pahing. (Oleh: Nurul Huda)

Yen Garwa Dadi Mala

Dening Sucipto Hadi Purnomo

image

BOJO, anak, lan kapara nganti tekan sedulur, kudune dadi kanca kanggo mbangun kulawarga lan njaga praja. Ora mung jiniwit katut, apike salah sijine bakal dadi prayogane kabeh. Nanging kosokbaline, alane salah sijine, bebasan bakal ngglandhang carang saka pucuk.

Sekawit sing diarani bojo iku wong liya. Dudu sanak dudu kadang, nanging bareng wis kaiket dening talining palakrama, sing maune dudu sapa-sapa, banjur dadi peranganing urip sing wigati banget.

Bojo uga diarani sisihan. Tegese sing nyisihi jroning urip ing satengah-tengahe bebrayan agung. Sisihan iku sing melu bareng nyangga bot-karepotaning urip saben dinane. Kanthi sisihan, sesanggan sing maune abot, merga disangga wong loro, banjur dadi entheng.

Ana maneh tembung liyane bojo lan sisihan, yaiku garwa. Sok-sok dikeratabasakake sigaraning nyawa. Diupamakake nyawa siji, yen disigar, sing separo arupa sing lanang lan sing separo maneh sing wadon. Yen mengkono, garwa iku ora mung asiling campuran, nanging arupa persenyawaan.

Mokal bisa senyawa yen ora gathuk, ora keplok. Malah ora mung keplok, garwa uga lumrah disebut jodho. Banjur ana sing ngarani, yen mung golek bojo, ning ngendi wae bisa ketemu. Nanging yen jodho, kuwi wis mlebu wenange Sing Murba Jagad.

Mesthi wae katrangan lan gambaran, klebu kerata basa mau, ana ing tataran ideal. Ideale wong salaki-rabi, ideale wong jejodhoan utawa omah-omah. Dene wohing jejodhoan mau lumrahe arupa turun utawa anak. Ya anak iku sing kerepe disebut minangka kaskayane wong mbangun bale wisma, luwih aji timbang apa wae, klebu tumpukane raja brana.

Ora kalah karo bojo, tumrap wong tuwa anak mujudake “bandha” sing ora bisa ditaker kerta ajine. Ora bisa dibandhingake apa wae.

Yen garwa iku sigarane nyawa, anak kerep diupamakake minangka “sempalaning daging-kulit”. Dene wong tuwa, tumrap anak, mujudake “sing ngukir jiwa ragane”. Ora kurang pituduh utama sing asung prentah lan pamrayoga amrih padha bisa anggone ngopeni anak utawa turun.

Bojo, yen pancen dudu jodhone, bisa wae pedhot tengah dalan. Senajan wis entuk momongan, ora kurang sing banjur padha pegatan. Akhire dadine tilas bojo utawa tigasan. Nanging yen anak, ora. Ora ana tembung “tilas anak”. Anak tetep anak, senajan bapak lan ibune pepisahan lan duwe sisihan anyar maneh.

Kuwi sing njalari tresnane wong tuwa, mbuh kuwi bapak, embuh kuwi ibu, marang anak akeh-akehe ngluwihi tresnane marang bojo. Keladuke tembung, yen bojone njaluk bisa semaya, nanging yen anake sing njaluk, prasasat sadhet-sanyet bakal nuruti anggere bocahe seneng.
“Tanpa Alis”

Tresna kuwi sing banjur njalari anane “welas tanpa alis”. Pancene mono welas, asih, utawa tresna, nanging lerege mung njlomprongake sing ditresnani.
Upamane, saking tresnane marang anak, kabeh apa penyuwune banjur dituruti. Pancen anak dadi seneng, dadi kelegan. Nanging tundhone bisa wae anak mau banjur dadi bocah ugungan merga sapanjaluke bakal keturutan.

Ora mung dadi bocah ugungan, nanging suwene-suwe bisa wae dadi bocah ugal-ugalan, kepara banjur tumindak sing ora becik lan ngrugekake bebrayan. Semonoa, wong tuwa condhong mbelani anake dhewe. Malah sok-sok ora perduli anake kuwi salah apa bener, dibelani ngono wae.

Sing kaya ngene iki sing diarani welas tanpa alis. Katone tresna, lan pancen sekawit merga saka tresnane, nanging tundhone malah nyilakakake, yen ora malah nyengsarakake bocahe.

Pancen, anak sing kudune bisa melu “mikul dhuwur mendhem jero” marang wong tuwa, sok-sok malah dadi mala tumrap kulawarga. Mala kuwi bakal katon luwi ngegla yen keluwarga mau klebu keluwarga kajen keringan, keluwarga sing kerep didadekake tepa tuladha tumrap keluwarga liyane.

Apamaneh yen “nyolong pethek”. Nyolong pethek ora merga dikira ora bisa apa-apa nanging jebul nduwe kepinteran utawa kewegigan. Nanging “nyolong petheke”-e merga sing diarane bocah apik-apik jebule tumindake banget-banget olehe nalisir saka bebener lan norma bebrayan agung.

Sing kaya mengkono iku ora mung anak sing dadi paragane. Bojo, embuh kuwi sing lanang apa sing wadon, ora kurang-kurang sing malah dadi mala tumrap sisihane, malah nganti tekan keluwargane.

Mangka, kaya kang dikandhakake ing ngarep, kudune bojo kuwi sisihan sing bisa melu ngentheng-enthengake sesanggane urip. Nanging nyatane, ora melu ngentheng-ngenthengake, malah ngebot-boti, malah gawe kuceme kulawarga.

Ana wae bojo sing dadi satru munggwing cangklakan. Dewi Banowati, garwane Duryudana ratu Astina, dianggep dadi “mungsuh jroning kemul” tumrap Kurawa amarga olehe mbidhung api rowang. Tata lair dheweke nresnani Duryudana, ana ing barisane Kurawa, nanging jebule tresna jatine wis kadhung tumancep ing atine Arjuna, panengahe Pandhawa.

Mulane Banowati dianggep minangka mata pitane Pandhawa jroning campuh Baratayuda. Dheweke ngerti karingkihane Kurawa, lan kanthi mengkono bisa nyritakake karingkihan mau tumrap Pandhawa sing mujudake mungsuhe Kurawa.

Tata lair dheweke sedhih nalika Duryudana gugur. Nanging akeh sing ngira manawa ing kono dheweke nemokake kabungahan merga kanthi gugure Duryudana, Banowati banjur dikukup dening Arjuna, dipek bojo.

Kudune pancen bojo mujudake mitratama tumrap sisihane jroning mbangun bale wisma, klebu njaga praja. Njaga praja kuwi kawiwitan, lan sing luwih wigati minangka fondasi, pancen keluwargane dhewe, kulawarga inti. Sabanjure njaga praja sing luwih amba tebane.

Njaga praja tegese njaga marang jeneng apike, amrih keluwarga mau tansah diajeni dening wong akeh, ora malah diece utawa dicecamah dening wong berah. Bojo bisa dadi srana kanggo mbangun wibawa, perbawa, lan kuncara, nanging kosok baline bisa ngicemake lan dadi mala.

Yen banjur tetela dadi piala, dadi mala, apa ya isih kudu dilabuhi, direwangi pecahing jaja wutahing ludira? Apa ya tetep kudu dirungkebi, senajan mengkone bakal koncatan wibawa lan perbawa?

Mesthi wae yen kurang permati, sisip sembire, mala mau bisa manjilma kayadene “kemladheyan ngajak sempal” utawa “nglandhang carang saka pucuk”. (35)

—Sucipto Hadi Purnomo, dosen Basa lan Sastra Jawa FBS Universitas Negeri Semarang

Keris Mpu Gandring

Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok.

Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok, salah seorang tokoh penyamun yang menurut seorang brahmana bernama Lohgawe adalah titisan wisnu. Ken Arok memesan keris ini kepada Mpu Gandring dengan waktu satu malam saja, yang merupakan pekerjaan hampir mustahil dilakukan oleh para "mpu" (gelar bagi seorang pandai logam yang sangat sakti) pada masa itu. Namun Mpu Gandring menyanggupinya dengan kekuatan gaib yang dimilikinya. Bahkan kekuatan tadi "ditransfer" kedalam keris buatannya itu untuk menambah kemampuan dan kesaktian keris tersebut.

Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Mpu Gandring menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris tersebut. Namun belum lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan haris diambil. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dan terakhir Keris tersebut ditusukkannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji (karena sarung keris itu belum selesai dibuat) selebihnya bahkan dikatakan untuk menguji kemampuan keris tersebut melawan kekuatan supranatural si pembuat keris (yang justru disimpan dalam keris itu untuk menambah kemampuannya). Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni :

Terbunuhnya Tunggul Ametung

Tunggul Ametung, kepala daerah Tumapel (cikal bakal Singhasari) yang saat itu adalah bawahan dari Kerajaan Kadiri yang saat itu diperintah oleh Kertajaya yang bergelar "Dandang Gendis" (raja terakhir kerajaan ini). Tumapel sendiri adalah pecahan dari sebuah kerajaan besar yang dulunya adalah Kerajaan Jenggala yang dihancurkan Kadiri, dimana kedua-duanya awalnya adalah satu wilayah yang dipimpin oleh Airlangga.

Ken Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya yang cantik, Ken Dedes. Ken Arok sendiri saat itu adalah pegawai kepercayaan dari Tunggul Ametung yang sangat dipercaya. Latar belakang pembunuhan ini adalah karena Ken Arok mendengar dari Brahmana Lohgawe bahwa "barang siapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi Raja Dunia".

Sebelum Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, keris ini dipinjamkan kepada rekan kerjanya, yang bernama Kebo Ijo yang tertarik dengan keris itu dan selalu dibawa-bawanya kemana mana untuk menarik perhatian umum. Bagi Ken Arok sendiri, peminjaman keris itu adalah sebagai siasat agar nanti yang dituduh oleh publik Tumapel adalah Kebo Ijo dalam kasus pembunuhan yang dirancang sendiri oleh Ken Arok. Siasatnya berhasil dan hampir seluruh publik Tumapel termasuk beberapa pejabat percaya bahwa Kebo Ijo adalah tersangka pembunuhan Tunggul Ametung. Ken Arok yang saat itu adalah orang kepercayaan Tunggul Ametung langsung membunuh Kebo Ijo yang konon, dengan keris pusaka itu.

Terbunuhnya Ken Arok

Setelah membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok mengambil jabatannya, memperistri Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung dan memperluas pengaruh Tumapel sehingga akhirnya mampu menghancurkan Kerajaan Kediri. Ken Arok sendiri akhirnya mendirikan kerajaan Singhasari.

Rupanya kasus pembunuhan ini tercium oleh Anusapati, anak Ken Dedes dengan ayah Tunggul Ametung. Anusapati, yang diangkat anak oleh Ken Arok mengetahui semua kejadian itu dari ibunya, Ken Dedes dan bertekat untuk menuntut balas. Anusapati akhirnya merancang pembalasan pembunuhan itu dengan menyuruh seorang pendekar sakti kepercayaannya, Ki Pengalasan.

Pada saat menyendiri di kamar pusaka kerajaan, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan yang dimilikinya. Salah satu pusaka yang dimilikinya adalah keris tanpa sarung buatan Mpu Gandring yang dikenal sebagai Keris Mpu Gandring. Melihat ceceran darah pada keris tersebut, ia merasa ketakutan terlebih lebih terdengar suara ghaib dari dalam keris tersebut yang meminta tumbal. Ia ingat kutukan Mpu Gandring yang dibunuhnya, dan serta merta mebantingnya ke tanah sampai hancur berkeping-keping. Ia bermaksud memusnahkannya. Namun ternyata keris tersebut melayang dan menghilang. Sementara Anusapati dan Ki Pengalasan merancang pembunuhan tersebut, tiba-tiba keris tersebut berada di tangan Anusapati. Anusapati menyerahkan keris kepada Ki Pengalasan yang menurut bahasa sekarang, bertugas sebagai "eksekutor" terhadap Ken Arok. Tugas itu dilaksanakannya, dan untuk menghilangkan jejak, Anusapati membunuh Ki Pengalasan dengan keris itu.

Terbunuhnya Anusapati

Anusapati mengambil alih pemerintahan Ken Arok, namun tidak lama. Karena Tohjaya, Putra Ken Arok dari Ken Umang akhirnya mengetahui kasus pembunuhan itu. Dan Tohjaya pun menuntut balas.

Tohjaya mengadakan acara Sabung Ayam kerajaan yang sangat digemari Anusapati. Ketika Anusapati lengah, Tohjaya mengambil keris Mpu Gandring tersebut dan langsung membunuhnya di tempat. Tohjaya membunuhnya berdasarkan hukuman dimana Anusapati diyakini membunuh Ken Arok. Setelah membunuh Anusapati, Tohjaya mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Anusapati.

Tohjaya sendiri tidak lama memerintah. Muncul berbagai ketidak puasan baik dikalangan rakyat dan bahkan kalangan elit istana yang merupakan keluarganya dan saudaranya sendiri, diantaranya Mahisa Campaka dan Dyah Lembu Tal. Ketidakpuasan dan intrik istana ini akhirnya berkobar menjadi peperangan yang menyebabkan tewasnya Tohjaya. Setelah keadaan berhasil dikuasai, tahta kerajaan akhirnya dilanjutkan oleh Ranggawuni yang memerintah cukup lama dan dikatakan adalah masa damai kerajaan Singashari. Sejak terbunuhnya Tohjaya, Keris Mpu Gandring hilang tidak diketahui rimbanya.

Sabtu, 18 Desember 2010

HIKMAH SUJUD KEPADA PADA YANG MAHA ESA

HIKMAH SUJUD KEPADA PADA YANG MAHA ESA

Ulama mengatakan sujud yang sempurna ketika solat adalah waktu manusia paling menggalakkan sistem pernafasan dan mengembalikan kedudukan organ ke tempat asalnya. Percaya atau tidak, berikut adalah hikmah yang diperoleh daripada perbuatan bersujud ketika sembahyang.

1. Membetulkan kedudukan buah pinggang yang terkeluar sedikit daripada tempat asalnya.
2. Membetulkan pundi peranakan yang jatuh.
3. Melegakan sakit hernia.
4. Mengurangkan sakit senggugut ketika haid.
5. Melegakan paru-paru daripada ketegangan.
6. Mengurangkan kesakitan bagi pesakit apendiks atau limpa.
7. Kedudukan sujud adalah paling baik untuk berehat dan mengimbangkan lingkungan bahagian belakang tubuh.
8. Meringankan bahagian pelvis.
9. Memberi dorongan supaya mudah tidur.
10. Menggerakkan otot bahu, dada,leher, perut serta punggung ketika akan sujud dan bangun daripada sujud. Pergerakan otot ini akan menjadikan ototnya lebih kuat dan elastik,secara semula jadi dan ia juga akan memastikan kelancaran perjalanan darah.
11. Bagi wanita, pergerakan otot itu menjadikan buah dadanya lebih baik, mudah berfungsi untuk menyusukan bayi dan terhindar daripada sakit buah dada.
12. Sujud juga mampu mengurangkan kegemukan.
13. Pergerakan bahagian otot sewaktu sujud juga boleh memudahkan wanita bersalin. Organ peranakan mudah kembali ke tempat asal serta terhindar daripada sakit gelombang perut.(Convulsions).
14. Organ terpenting iaitu otak kita juga akan menerima banyak bekalan darah dan oksigen.
15. Mengelakkan pendarahan otak jika tiba-tiba menerima pengepaman darah ke otak secara kuat dan mengejut serta terhindar penyakit salur darah dan sebagainya. Dari segi psikologi pula, sujud membuatkan kita merasa rendah diri di hadapan Yang Maha pencipta sekali gus mengikis sifat sombong, riak takbur dan sebagainya.

Manakala dari sudut perubatan pula, kesan sujud yang lama akan menambahkan kekuatan aliran darah ke otak yang boleh mengelakkan pening kepala dan migrain, menyegarkan otak serta menajamkan akal fikiran sekali gus menguatkan mentaliti seseorang.

Cinta dunia berlebih dan takut mati !

Cinta dunia berlebih dan takut mati !
Oleh: Aa Gym

Rasulullah yang mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya; seorang suami yang menjadi kebanggaan keluarganya; pengusaha yang dititipi dunia tapi tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari silaunya dunia. Tidak ada cinta terhadap dunia kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada cinta pada dunia, hakikatnya itu adalah cinta karena Allah. Inilah salah satu rahasia sukses Rasulullah.

Apa yang dimaksud dengan dunia? Firman-Nya, "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Q.S. Al-Hadiid [57]:20)

Dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah. Misalnya, salat, saum atau sedekah, tetap dikatakan urusan dunia jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah.

Sebaliknya, orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan kepada yang memerlukan atau untuk kemaslahatan umat -- bukan untuk kepentingan pribadi -- bukan untuk kepentingan pribadi terhadap Allah, walau aktivitasnya seolah duniawi. Artinya, segala sesuatu yang membuat kita taat kepada Allah, maka hal itu bukanlah urusan dunia.

Bagaimana ciri orang yang cinta dunia? Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah atau capek memikirkan yang tak ada. Makin cinta pada dunia, makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya.

Ciri lainnya adalah takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau kedudukan, maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Oleh sebab itu, pencinta dunia itu tidak pernah merasa bahagia.

Rasulullah yang mulia, walau dunia lekat dan mudah baginya, tetapi semua itu tidak pernah sampai mencuri hatinya. Misalnya, saat pakaian dan kuda terbaiknya ada yang meminta, beliau memberikannya dengan ringan. Beliau juga pernah menyedekahkan kambing satu lembah. Inilah yang membuat beliau tak pernah terpikir untuk berbuat aniaya.

Semua yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita tidak mempunyai apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, semakin tua, dan akhirnya mati. Kemudian terlahir manusia berikutnya, begitu seterusnya.

Bagi orang-orang yang telah sampai pada keyakinan bahwa semuanya titipan Allah dan total milik-Nya, ia tidak akan pernah sombong, minder, iri ataupun dengki. Sebaliknya, ia akan selalu siap titipannya diambil oleh Pemiliknya, karena segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. Harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tidak akan ada artinya jika tidak digunakan di jalan Allah. Hal yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah keberadaan atau tiadanya "dunia" ini meracuni hati kita. Jika memiliki harta dunia, jangan sampai sombong, dan jika tidak adanya pun, tidak perlu minder.

Kita harus meyakini bahwa siapa pun yang tidak pernah berusaha melepaskan dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya. Mengapa? Sumber segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu mencintai dunia. Semoga Allah mengaruniakan pada kita nikmatnya hidup yang tak terbelenggu oleh dunia. Wallahu a'lam.

psikologi keluarga

Hikmah Kejadian
Filed under: Umum — Abu Alkayyis @ 1:13 am

Ada kejadian-kejadian dalam hidup yang kadang terlewat begitu saja dalam hidup kita, sedang kita tak dapat mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian itu. Ada banyak kisah yang telah kita baca tetapi semua itu hanya lewat dalam pandangan mata , tanpa kita berusaha mengambil sikap..apa yang saya tulis di atas sebenernya menunjuk pada diri saya sendiri yang kadang tidak ambil pusing dengan kejadian di sekitar kita, sampai saya membaca sebuah buku dimana ada tiga kisah yang ditulis di buku itu yang memberikan kesan mendalam, bahwa seandainya kita mau membuka mata hati dan telinga kita akan kita dapatkan pelajaran hidup yang sangat mendalam.

Sekitar beberapa hari yang lalu saya membaca buku karangan Komaruddin Hidayat, yang berjudul Psikologi beragama. di buku ini dia menceritakan 3 kisah dan sekaligus pesan yang dapat kita tangkap dari kisah ini.

Kisah pertama tentang Nelson Mandela yang ditanya oleh salah seorang pengagumnya, Apakah setelah dia menjadi presiden Afrika selatan, dia tidak dendam dan geram terhadap musuh politiknya di masa lalu? di jawab oleh Mandela,” Kalau aku biarkan dan kupelihara terus kekesalan dan kebencianku kepada para penindas itu, maka mereka masih akan terus menyandera diri dan jiwaku, karena itu aku buang semua kebencian itu sehingga aku benar-benar bebas dan merdeka.

Kisah kedua, ada seorang kyai yang ditanya, mengapa sesama muslim, bahkan diantaranya adalah tokoh agama, suka mencemooh Muslim lain yang berbeda pendapat bahkan adakalanya mengkafirkan dan menuduhnya ahli neraka? Dijawab dengan tenang oleh kyai itu,saya kurang tahu dalil apa yang dipakai. Kalau seseorang telah menyatakan menerima rukun Islam dan iman, dia tidak berhak disebut kafir. jadi saya tidak bisa menjawab mengapa kita mesti mengafirkan serta sibuk mengukur kedalam iman sesama muslim, sedang saya sendiri tidak berani menjamin diri saya masuk surga, jadi maaf coba tanyakan saja dengan orang yang suka mengukur-ukur ketakwaan orang.

Kisah ketiga,dalam sebuah riwayat diceritakan suatu hari Rasulullah dan Abu Bakar berjalan bersama.Di tengah jalan, tiba-tiba Abu Bakar dihadang oleh seseorang dan dicai maki, Abu Bakar yang merasa tidak kenal dan tidak merasa bersalah diam saja sambil senyum-senyum,. Abu Bakar tambah bingung melihat Rasulullah juga ikut tersenyum.Setelah orang tadi pergi, Abu Bakar menjawab kelancangan orang tersebut. Pada saat itu Rasululah berhenti tersenyum dan pergi.Esok paginya karena penasaran dengan sikap Rasulullah, Abu Bakar pergi menemui Rasul dan menanyakan hal tersebut. Maka di jawab oleh Rasulullah, ketika engkau tersenyum mendengar cacian orang tersebut, engkau menerima dengan lapang dada karena engkau tidak bersalah, maka akupun ikut tersenyum karena melihat malaikat sibuk memindahkan catatan amal kebaikan orang itu ke dalam dirimu sedang catatan kesalahnmu dipindahkan ke orang itu.

Nah, komarudin di buku ini mencoba memberikan pesan yang disampaikan dari ketiga kisah tersebut.

dari kisah pertama, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kebahagiaan dan kemerdekaan berkait erat dengan sikap bathin seseorang.formula to forgive and forget terhadap tragedi masa lalu akan mampu mengubah dunia yang semula gelap gulita dan menyakitkan menjadi terang benderang dan optimistik menapaki hari-hari esok.

sedang untuk kisah kedua, kita dapat mengambil pelajaran bahwa hidup ini hendaklah selalu bersangka baik dan rendah hati, Jangan merasa paling beriman dan bertakwa di hadapan orang lain, seperti yang dikatakn sebuah hadis yang kurang lebih isinya, berbahagialah mereka yang disibukkan dengan meneliti kesalahan dan kekurangan diri lalu menutupinya dengan kebajikan daripada sibuk melihat kesalahan oarang lain.

untuk kisah ketiga, mengajarkan kita untuk bersabar.Jika kita merasa benar, tak perlu takut akan kritik, kecaman, dan fitnah orang lain. Alah Maha Tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.Lebih dari itu, mari kita jaga lisan dan hati kita agar tidak mudah menyakiti orang lain.

Itu tadi kisah-kisah yang saya baca dan membuka mata saya bahwa memang setiap kejadian hidup ini dapat kita ambil hikmahnya, semoga kita selalu dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa dalm rangka menjadikan kita seseorang yang lebih baik…Amien